Tuesday, 1 February 2011

Satu Orang Saja

Sore tadi hp gue berbunyi nada SMS. Gue lihat di layar hp tertera salah satu nama temen cewek gue. Udah lama juga gue nggak ketemu dia, mungkin sekitar setahun. Gue buka SMS-nya.

Temen: Des, tgl 26 feb gue nikah.

What?? Nikah?? Nggak salah? Terus SMS itu gue balas dengan cepat.

Gue: Nikah?? Ama siapa??
Temen: Ama orang lah masa ama kambing
Gue: Iyeee... maksudnya orangnya siapa? Gile luuu... gue sekali aja belum pernah!
Temen: Ama boss gue di serpong. Lo datang ya!

OMIGOD!!! Kenapa gue kaget banget?? Coz ini pernikahan dia yang ke-3 kalinya. Walaaah... as I said, sekali aja gue belum pernah ngerasain nikah eh temen gue ini malah akan nikah untuk yang ke-3 kalinya!

Kalau ada yang bilang hidup ini nggak adil ada benarnya juga. Satu manusia bisa dapat sesuatu yang sangat melimpah alias berlebihan sedangkan manusia lain bisa sangat kekurangan (read: Robin Hood VS Barbie). Gue nggak tau kenapa bisa begitu...

Pertanyaan gue: Bagaimana kehidupan menentukan manusia yang ini beruntung dan manusia yang itu menderita? Apakah kehidupan memainkan keberuntungan seperti dadu yang berputar di meja judi? Atau memainkan kocokan kartu yang diambil secara acak? Tak ada yang tahu angka berapa yang keluar atau gambar apa yang terbuka. Sang pemain (manusia) bisa berkali-kali memenangkan judi atau bahkan bangkrut tanpa pernah merasakan nikmatnya menjadi pemenang.

Sepertinya dadu dan kocokan kartu hidup gue selalu keluar angka jelek. Gue nggak pernah menang dalam pertaruhan judi cinta. Gue selalu kalah! Dan gue mulai takut untuk bermain lagi. Tapi seperti pecandu judi yang lain, godaan untuk bermain dan mencoba lagi tetap selalu ada dengan pikiran: “Mungkin kali ini gue akan menang!”

Beberapa saat gue sempat berfikir sambil memandangi langit malam dari balkon kost gue. Temen gue akan nikah untuk yang ke-3 kalinya... Apakah dia bahagia dengan itu? Mungkin pikiran gue salah... Mungkin dia nggak sebahagia yang gue kira. Dia mengalami 2 kali perceraian. Sebelum bertemu dengan calon suaminya sekarang dia hidup susah payah sendiri bekerja untuk anaknya yang dia dapat dari mantan suaminya yang ke-2.

Banyak yang bilang kegagalan perceraian lebih menyakitkan berkali-kali lipat daripada putus sama pacar. Nikah lalu cerai dan nikah lalu cerai lagi pasti menciptakan image jelek di mata orang-orang sekitar. Meski mereka nggak tau siapa yang benar siapa yang salah, tapi biasanya dalam kehidupan masyarakat di sini perempuan lebih disalahkan dan dianggap nggak benar.

Lalu dalam sekejap gue merasa lebih beruntung dibandingkan teman gue itu. Gue memang belum pernah nikah dan nggak tau kapan gue akan nikah tapi gue nggak masalah menunggu lebih lama untuk seseorang yang tepat. Mungkin Tuhan memberi gue banyak waktu untuk memilih Mr. Right sebagai teman hidup gue selamanya. Tuhan pasti sayang sama gue karena Dia nggak mau gue nikah cerai nikah cerai. Bukan begitu, Tuhan? hehehee :))

Gue cuma mau nikah satu kali dalam hidup gue. Gue nggak mau merasakan perceraian nantinya. Sepanjang sisa hidup gue, gue cuma ingin ada seseorang yang gue cintai dan mencintai gue. Satu orang saja sejak gue mengatakan “I do” sampai detak jantung gue berhenti nanti. Once in a lifetime... ‘till death do us part! :)

Blog Archive